Berani Ambil Risiko di Tengah Arus Digitalisasi ala Ergros.id
Berbekal semangat anak muda, Sigit berhasil membawa Ergros.id yang berbasis di Kota Pekalongan untuk menjadi merek nasional.
Bisnis.com, PEKALONGAN – Tingginya persaingan bisnis di industri tekstil produk jadi, seolah memaksa para pelaku usaha di sektor tersebut untuk berani mengambil risiko untuk terus berkembang. Apalagi, industri tersebut dewasa ini harus menghadapi tantangan dari gempuran produk tekstil impor dengan harga murah.
Muhammad Abdurrohman Sigit sang pemilik merek celana jin Ergros.id, menjadi contoh kesuksesan pelaku usaha tekstil produk jadi, yang menuai berkah setelah mengambil sejumlah langkah berisiko demi mengembangkan bisnisnya.
Berbekal semangat anak muda, Sigit berhasil membawa Ergros.id yang berbasis di Kota Pekalongan untuk menjadi merek nasional.
Sekadar informasi, Sigit terbilang cukup muda ketika menjalankan Ergros.id. Sebab, saat ini dia masih berusia 21 tahun, ketika perusahannya belum genap berusia 3 tahun. Artinya dia memulai merintis Ergros.id saat berusia 19 tahun.
Ketertarikan dan keberanian Sigit menjalankan bisnis di industri teksil produk jadi, sejatinya tak lepas dari profesi ayahnya yang sempat menjadi pekerja di sebuah pabrik tekstil. Hal itu membuat Sigit, cukup banyak mempelajari seluk-beluk mengenai produk tekstil dari ayahnya.
Namun, berbeda dari anak muda kebanyakan, Sigit justru mulai berani menjajal bisnis produk tekstil ketika dirinya belum lulus sekolah menengah kejuruan (SMK). Sembari bersekolah, dia memulai berjualan jins dengan menawarkannya secara langsung ke para pedagang di Kota Surakarta.
“Waktu itu sekitar 2019, saya nekat bareng teman-teman bawa barang ke Pasar Grosir Solo. Jujur saat itu saya tidak punya basic jualan. Modal nekat saja, berangkat pakai Google Maps dan langsung temui pedagang di sana,” katanya, Selasa (26/9/2023).
Namun demikian, upayanya tersebut tidak membuahkan hasil yang sesuai harapan. Sebab, setelah dihitung-hitung, biaya operasionalnya tidak bisa ditutup dari pendapatan dari penjualannya.
Praktik serupa pun sempat dilakukan dengan menjelajah Cirebon, kota yang jauh lebih dekat dibandingkan dengan Surakarta. Namun, upaya itu juga tak membuahkan hasil yang signifikan lantaran Sigit kesulitan dalam melakukan perjanjian jual-beli kepada para pengecer.
“Akhirnya saya pikir, coba saja jualan online sejak 2021. Dan ternyata jalannya memang di jualan secara online. Sampai saat ini saya jualan full online,” lanjutnya.
Namun demikian, prosesnya untuk menjelajah berniaga secara daring (online) tidaklah mudah. Sigit mengaku, dia mempelajari strategi dan cara berjualan secara daring secara autodidak.
Bermodalkan semangat untuk menjaga agar sirkulasi produksi dan penjualan produk jinnya tetap berjalan, Sigit terus mencoba berbagai hal untuk menjual barangnya.
“Prinsip saya, stok barang saya ini harus keluar [terjual]. Bagaimana pun caranya! Sebab ada penjahit yang harus terus saya bayar dan bahan baku yang sudah saya beli. Jadi saya cari cara agar sirkulasinya jalan,” tegasnya.
Akhirnya, Sigit pun memberanikan diri untuk membelanjakan modalnya untuk biaya promosi di lokapasar (marketplace), tempat dia berjualan pertamakali yakni Lazada. Tak hanya sekali, dia berani berkali-kali menggelontorkan dana untuk biaya promosi untuk jangka waktu yang cukup panjang.
Hasilnya pun memuaskan, dari awalnya penjualannya hanya berkisar untuk pengiriman 5 alamat dalam sehari, lalu melonjak menjadi 100 alamat per hari dalam kurun waktu dua minggu setelah dia mempromosikan Ergros.id di platform Lazada.
“Satu alamat itu biasanya bisa pesan lebih dari 1 barang. Jadi waktu itu, total barang terjual bisa lebih dari 100 barang sehari,” tambahnya.
Seiring berjalannya waktu, pesanan atas produk jinnya pun terus bertambah. Hingga akhirnya tiba pada bulan puasa tahun 2021. Sigit yang belum pernah memiliki pengalaman menghadapi periode penjualan bulan puasa, harus dihadapkan pada lonjakan permintaan.
Namun demikian stok barang yang dimilikinya tak sesuai dengan permintaan yang tinggi. Alhasil, pasca-lebaran, performa gerainya di Lazada pun turun.
Hal itu membuat Sigit harus memutar otak untuk kembali membuka akun toko di platform lokapasar lain. Kali ini pilihannya jatuh ke Shopee.
Lagi-lagi, guna mendongkrak performa dan pamor produknya di Shopee, Sigit kembali menggelontorkan anggaran untuk membayar biaya promosi. Hasilnya pun sesuai harapan, performa tokonya di Shopee meningkat seiring dengan menanjaknya penjualan.
Bedanya, kali ini dia telah belajar dari pengalaman dan lebih mampu menerapkan manajemen stok, agar konsumennya tetap terlayani dengan baik.
LIVE SHOPPING JADI CERUK BARU
Seolah tak ingin berpuas diri dengan pencapaiannya dalam penjualan melalui lokapasar, Sigit pun memberanikan diri untuk berjualan melalui metode live shopping. Platform Tiktok dipilihnya sebagai jalur ekspansi dalam memasarkan produknya.
“Waktu itu sekitar tahun 2022 belum banyak yang pakai metode jualan live shopping. Lagi-lagi modal nekat saja, saya coba jualan dari jam 11 malam sampai 5 pagi. Tiap hari saya coba di Tiktok. Alhamdulilah, dari situ penjualan kencang banget. Viewers live saya juga terus naik sampai sekarang. Bahkan pernah tembus 1.000 viewers,” paparnya.
Dia, lagi-lagi mengaku menjajal metode berjualan secara langsung di media sosial dengan modal nekat dan autodidak. Menurutnya, saat memulai, belum banyak ulasan mengenai strategi ataupun tips berjualan lewat live shopping.
Hingga akhirnya kini, dia cukup banyak menggantungkan penjualan jinsnya melalui metode live shopping. Tak hanya di Tiktok, kini dia juga menjajal metode berjualan secara digital tersebut di platform lokapasar lain yang juga menyediakan fasilitas tersebut.
Baginya, salah satu kunci utama kesuksesan berjualan secara langsung di media sosial ataupun lokapasar adalah jaringan internet yang stabil. Untuk itu, dia mengaku memilih Indibiz milik PT Telkom Indonesia Tbk. (TLKM) untuk menunjang aktivitas berniaga secara daringnya.
Apalagi, Ergros.id selama ini juga telah menjadi UMKM yang mendapatkan pembinaan digitalisasi melalui Rumah BUMN Pekalongan.
Kini, Sigit dan Ergros.id pun menuai tuah dari keberaniannya untuk menjajal sejumlah cara dan mennghadapi risiko dalam berjualan secara daring. Selain memiliki telah memiliki aset berupa gudang sendiri, omzetnya pun kini menembus ratusan juta rupiah per tahun.
“Ke depan saya ingin punya gerai atau store offline khusus untuk Ergros.id, seiring mulai membesarnya bisnis ini,” tutupnya.