Kekuatan Media Sosial yang Berhasil Melambungkan Ozsha Batik

Kehadiran media sosial (medsos) terbukti memberikan peluang tersendiri bagi para pelaku usaha di Indonesia.

Bisnis.com, PEKALONGAN – Kehadiran media sosial (medsos) terbukti memberikan peluang tersendiri bagi para pelaku usaha di Indonesia. Efisien serta terjangkaunya metode pemasaran melalui media sosial, bahkan memberikan berkah tersendiri bagi para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

Ozsha Batik & Living menjadi salah satu pelaku UMKM yang sangat menyadari besarnya peluang dan potensi pemasaran melalui media sosial. Hal itu diakui oleh Muhammad Fauzi Hidayat sang pemilik Ozsha Batik yang berasal dari Kota Pekalongan.

Muhammad Fauzi Hidayat sang pemilik Ozsha Batik
Muhammad Fauzi Hidayat sang pemilik Ozsha Batik

Bahkan Fauzi mengaku, telah mengandalkan media sosial sebagai medium untuk menjual produk-produknya sejak awal memulai bisnis pada 2010. Kala itu dia mengandalkan Facebook sebagai etalase untuk menunjukkan dan memasarkan kepada para calon pembeli.

“Sejauh ini kami masih mengandalkan media sosial [untuk memasarkan produk]. Dahulu, pertama kali kami menggunakan Facebook. Namun beberapa tahun berselang, kami menambahkan Instagram. Dan alhamdulilah sampai saat ini dua medsos itu mampu menopang penjualan Ozsha Batik,” katanya Selasa (26/9/2023).

Fauzi mengatakan, selain terus memperkaya pola atau motif batik di produk yang dijualnya, dia juga terus berupaya mempercantik tampilan media sosial dari Ozsha Batik. Sebab baginya, selain mempelajari perkembangan algoritma dari tiap media sosial, tampilan yang menarik dari feed Ozsha Batik dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi calon pembeli.

Namun demikian, berbeda dengan sebagian besar UMKM melek digital, yang banyak memasarkan produknya melalui platform lokapasar (marketplace), Fauzi mengaku lebih memilih untuk memfokuskan diri menjual produknya melalui media sosial.

“Saya sejak awal Ozsha Batik berdiri, saya hanya mengandalkan media sosial untuk berjualan. Marketplace belum menjadi perhatian karena banyaknya tantangan yang tersedia,” ujarnya.

Adapun tantangan yang dimaksudnya adalah persaingan dengan produk tekstil yang menggunakan motif batik.

Dalam hal ini, produk tekstil yang dimaksudnya adalah yang dibuat dengan metode printing dan diproduksi massal. Sementara itu produk batik original yang dimaksud oleh Fauzi adalah yang dibuat melalui proses membatik menggunakan canting dan malam, serta diproduksi dalam jumlah terbatas.

“Kalau kita ketik ‘batik’ di marketplace, pasti yang muncul adalah tekstil motif batik. Dari situ saja, batik kita pasti kalah saing dari sisi harga. Karena karakter konsumen di marketplace itu kebanyakan mencari barang yang harganya terjangkau,” ujarnya.

Untuk itu, dia memilih untuk memfokuskan diri berjualan melalui media sosial. Sebab, menurutnya media sosial dapat memfasilitasi Fauzi untuk berinteraksi secara lebih intim dengan konsumennya.

Di sisi lain, media sosial juga dapat menjadi etalase bagi dirinya untuk memamerkan model motif batik maupun produk batik yang telah dibuatnya sejak awal mendirikan usaha. Dengan demikian, media sosial tersebut dapat menjadi portofolio usaha tersendiri, bagi UMKM yang mendapatkan pembinaan digitalisasi melalui Rumah BUMN Pekalongan tersebut.

Apalagi menurutnya, batik yang diproduksinya memiliki ciri khas dan karakter tersendiri. Fauzi mengatakan, Ozsha Batik memiliki spesialisasi memproduksi Batik Encim khas Pekalongan.

Sekadar informasi Batik Encim merupakan buah percampuran budaya Tionghoa dan Jawa. Banyaknya pedagang asal China yang bermukim di daerah seperti Lasem, Cirebon, Pekalongan, hingga Semarang sejak dahulu kala, membuat batik di kawasan-kawasan tersebut banyak dipengaruhi oleh motif dan budaya Tionghoa.

Adapun, Fauzi mengatakan, media sosial juga bisa menjadi jembatan baginya untuk menjelaskan dan menunjukkan orisinalitas produknya kepada konsumen. Dengan demikian, para calon pembeli dapat mempercayai produk dari Ozsha Batik.

“Selain memposting foto produk batik, saya juga sering memposting konten proses pembuatan batik di workshop saya di medsos Ozsha Batik. Jadi konsumen itu bisa melihat sendiri bagaimana produk saya dibuat. Akhirnya dari situ timbul interaksi dan ikatan antara kami dengan pembeli,” ujarnya.

Cara itu menurutnya terbilang efektif. Sebab, hingga saat ini dia memiliki banyak pelanggan tetap yang telah percaya dengan produk buatannya.   

REGENERASI KONSUMEN

Fauzi menambahkan, kehadiran media sosial juga mampu memberikannya jembatan untuk meregenerasi konsumennya. Sebab, melalui media sosial, dia bisa menjangkau konsumen dari kalangan muda yang melek digital.

“Selama ini batik itu dicap sebagai produknya orang tua. Tapi dari media sosial saya bisa menjaring konsumen dari kalangan lebih muda. Apalagi Batik Encim ini memiliki warna yang cerah dan motifnya yang banyak menggunakan bunga, cenderung cocok dengan kesukaan anak muda,” paparnya.

Besarnya dampak yang dihasilkan dari media sosial tersebut, membuat Fauzi berani menggelontorkan dana untuk mempromosikan produknya, seperti di antaranya lewat Facebook Ads maupun Instagram Ads.

Selain untuk memasarkan produknya, Fauzi berambisi untuk terus memperluas minat dan pengetahuan publik terhadap batik. Sebab menurutnya, batik merupakan warisan budaya Pekalongan yang harus dijaga.

Apalagi menurutnya, batik terbukti sejak dahulu kala telah menjadi sumber pencaharian bagi banyak penduduk di Pekalongan. Dia berpendapat, dengan adanya regenerasi konsumen batik, secara tidak langsung akan menjaga batik dari kepunahan.

“Sebab batik, itu bukan hanya soal motifnya saja. Batik terkait pula dengan prosesnya yang disebut membatik. Dan membatik adalah produk budaya yang seharusnya kita pertahankan sebagai identitas kita," tegasnya.

Untuk itu, dia menilai maraknya proses digitalisasi merupakan salah satu hal yang harus dimanfaatkan guna menjaga warisan budaya tersebut.

Selain itu, menurutnya, digitalisasi dapat membantu para pengusaha batik untuk berbisnis secara lebih efisien. Dia pun mengaku sangat terbantu dengan adanya IndibizPay yang dapat membantunya menyediakan metode pembayaran digital metode QRIS, Top Up & Tagihan, sampai dengan pencatatan transaksi penjualan.

Adapun Indibiz adalah ekosistem solusi digital dunia usaha Indonesia, meliputi kebutuhan pemasaran hingga finansial yang didukung internet yang andal dari PT Telkom Indonesia Tbk. (TLKM)