Menjaga Gaung Batik Melalui Digitalisasi

Kota Pekalongan telah sejak lama dikenal dengan julukannya sebagai Kota Batik. Batik Bulan menjadi salah satu dari ribuan UMKM di industri batik di Pekalongan

Bisnis.com, JAKARTA – Kota Pekalongan telah sejak lama dikenal dengan julukannya sebagai Kota Batik. Sejarah yang telah berjalan hingga ratusan tahun menunjukkan bahwa batik telah menjadi napas penghidupan bagi masyarakat Pekalongan. 

Tidak hanya bagi pelaku usaha industri besar, batik telah menjadi sumber pendapatan bagi pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Pekalongan. 

Hal itu setidaknya tampak dari data Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Kementerian Perindustrian pada 2021 lalu. Tercatat, dari total 2.191 UMKM batik yang berbasis di Provinsi Jawa Tengah, sebanyak 1.824 UMKM di antaranya berasal dari Pekalongan. 

Keberadaan para pelaku UMKM di daerah yang berada di jalur Pantai Utara (Pantura) tersebut, seolah menjadi bukti adanya peran masyarakat dalam upaya menjaga muruah Pekalongan sebagai Kota Batik. 

Adapun, Batik Bulan menjadi salah satu dari ribuan UMKM di industri batik yang berhasil mewujudkan peran tersebut. Didirikan oleh mantan guru Sekolah Dasar (SD), Batik Bulan menjadi salah satu pemain penting di industri batik Pekalongan. 

Menjaga Gaung Batik Melalui Digitalisasi
Menjaga Gaung Batik Melalui Digitalisasi

Hal itu dibuktikan dari eksistensinya yang terjaga sejak didirikan pertama kali pada 1998. Wulan Utoyo sang pendiri sekaligus pemilik dari Batik Bulan mengatakan, produk batik buatannya telah menjadi langganan dari perancang busana legendaris Anne Avantie. 

“Anne Avantie menjadi salah satu pelanggan saya. Belum lama ini, dia menghubungi saya untuk mencari batik tulis motif Liong, yang ternyata digunakan untuk bahan pakaian untuk salah satu sesi pernikahan Kaesang Pangarep dan Erina Gudono,” katanya, Jumat (11/8/2023).

Sekadar informasi, Batik Bulan memproduksi produk batik dalam beragam bentuk, di antaranya adalah pakaian dan kain. Dalam memproduksi produk batik, dia memiliki dua metode yakni tulis serta perpaduan antara cap dan tulis. Produk buatan Wulan tersebut menyasar konsumen dari kalangan remaja, dan wanita dewasa.

Menjaga Gaung Batik Melalui Digitalisasi
Menjaga Gaung Batik Melalui Digitalisasi
  

Namun demikian, eksistensi dan kesuksesan Batik Bulan hingga saat ini, tidak terjadi dalam sekejap. Butuh proses yang panjang dan berliku bagi Wulan dalam menjaga agar bisnisnya tersebut terus berkembang hingga saat ini. 

Wulan menyebutkan, salah satu strategi untuk menjaga layar bisnisnya tetap terkembang adalah melalui digitalisasi dalam proses pemasaran produknya. Dia bercerita, bahwa pandemi Covid-19 menjadi salah satu periode paling menantang dan sulit baginya. 

Sebab pada periode awal pandemi, dia terpaksa harus menutup outletnya selama 3 bulan. Praktis, selama periode tersebut orderan dan transaksi menjadi turun drastis. 

“Sebelum pandemi, saya seperti layaknya orang Pekalongan pada umumnya. Biasanya orang atau konsumen akan mencari kita dengan datang ke Pekalongan. Saat itu, kami masih belum mau membuka mata terhadap penjualan online. Namun, kedatangan pandemi mengubah semua kondisi itu,” katanya. 

Kebijakan pemerintah untuk memperketat mobilitas masyarakat, membuat Wulan harus memutar otak utuk menjaga roda bisnisnya tetap berputar. Salah satunya dengan membuka mata terhadap metode penjualan secara daring atau online. 

Namun tidak seperti kebanyakan para pebisnis yang langsung terjun ke metode penjualan secara online melalu lokapasar alias marketplace. Wulan memilih untuk bertahap menjajal strategi penjualan daringnya.

“Pertama saya mencoba membuat grup Whatsapp untuk pelanggan setia kami. Dari grup itu, saya coba tawarkan dan share produk-produk yang saya miliki. Total saya memiliki 6 grup yang masing-masing berisi sekitar 200 orang,” ujarnya.

Guna menopang strategi pemasarannya secara daring tersebut, Wulan pun melakukan riset untuk mempercantik tampilan katalog produknya. Langkah itu menurutnya penting dilakukan untuk menjaga dan meningkatkan impresi terhadap produknya yang secara berkala dibagikan melalui grup-grup Whatsapp pelanggannya.

“Saya belajar banyak hal untuk memperkaya konten pemasaran online saya. Mulai dari belajar bagaimana membuat foto produk yang cantik, termasuk memiliki studio mini untuk memproduksi foto katalog, hingga mengemas redaksi di katalog agar dapat menarik perhatian pembeli,” tambahnya. 

Gayung pun bersambut tatkala para pelanggan existing Batik Bulan merespons dengan baik metode penjualan daringnya. Penjualan yang sempat anjlok drastis saat awal pandemi, perlahan mulai bangkit kembali.  

Akan tetapi, dia tak mau berhenti di metode penjualan melalui grup-grup Whatsapp yang dibuatnya itu. Dia pun mulai berani merambah saluran penjualan di lokapasar dan social commerce melalui Tiktok atau media sosial lain. Dia pun berupaya mempelajari algoritma dari masing-masing kanal penjualan daringnya.

“Biasanya untuk penjualan di Tiktok melalui live streaming atau di marketplace lain, saya manfaatkan untuk penjualan produk fashion yang memang skala produksinya relatif besar. Sebab kalau berjualan di platform seperti itu, kita harus berani memiliki stok yang siap dijual dalam jumlah besar,” katanya. 

Sementara itu, untuk produk eksklusif, yakni yang terbuat dari batik tulis, yang hanya dibuat dalam jumlah sangat terbatas. Dia lebih memilih untuk menjualnya melalui grup-grup Whatsapp tersebut. 

Menjaga Gaung Batik Melalui Digitalisasi
Menjaga Gaung Batik Melalui Digitalisasi

Kini berkat keberaniannya dalam menjamah metode pemasaran daring, Wulan tak lagi bergantung pada pelanggan yang membeli secara luring. 

Dia berujar, sebelum pandemi, lebih dari 90 persen pemasaran dan penjualannya dilakukan secara luring.  Kini, kondisi itu berubah, yakni 40 persen daring dan 60 persen sisanya luring. 

“Ternyata setelah menjajal metode secara digital ini, saya cukup terbantu. Tak terkecuali untuk konsumen dari luar negeri. Sekarang saya bisa menunjukkan katalog saya secara efisien kepada pelanggan di luar negeri, melalui foto atau katalog digital saya. Sebelumnya pelanggan dari luar harus datang dulu ke gerai saya secara langsung,” katanya. 

Dia menyebutkan, pangsa pasar ekspornya telah menjamah sejumlah negara seperti Italia, Singapura, Malaysia, Jepang dan Polandia. 

Tak hanya itu saja, sejumlah pendampingan, yang salah satunya diberikan oleh PT Telkom Indonesia Tbk. dalam hal pemasaran secara digital disebutnya sangat membantu Batik Wulan untuk berkembang. Kehadiran sejumlah produk layanan milik Telkom, salah satunya Indibiz, pun disebutnya sangat membantu dalam melakukan layanan secara digital dan efisien kepada pelanggannya.