Kisah Pahlawan Pengantar BBM di Ujung Kalimantan Timur
Huvat, motoris longboat sejak 1999, berjibaku di arus Mahakam demi distribusi BBM ke hulu Kaltim, wujud nyata energi berkeadilan untuk pelosok.
Bisnis.com, BALIKPAPAN – Penyaluran Bahan Bakar Minyak (BBM) ke pelosok Kalimantan Timur menyisakan cerita penting dalam penyediaan energi yang berkeadilan di seluruh negeri.
Huvat, seorang motoris longboat berpengalaman, telah malang melintang di sungai Mahakam sejak tahun 1999.
Dia menuturkan bahwa di masa mudanya, navigasi di riam bergantung pada keberanian dan insting dalam membaca alur sungai.
“Mulai pertama bawa longboat tahun 1999, waktu itu tuh kurang lebih (usia) belum sampai 20 tahun. Kalau kita motoris ini kan tergantung dari nyali dengan keberanian di riam, bawa perahu ini yang pertama kita harus menguasai jalan (sungai) dulu,” ujarnya.
Putra asli Dayak Bahau ini menyebutkan, sungai merupakan satu-satunya akses yang bisa dilalui dalam menyalurkan BBM ke daerah paling hulu dari Sungai Mahakam tersebut.
Huvat menjelaskan, timnya harus berjibaku dengan derasnya arus di Riam Udang, yaitu sebuah riam dengan panjang hingga 3 kilometer dengan lebar kurang lebih 500 meter setiap kali harus mengantar BBM ke ujung Kaltim tersebut.
Normalnya, kata Huvat, mereka akan menurunkan muatan secara bertahap demi menjaga keseimbangan longboat.
Saat kondisi sungai banjir, mereka akan mulai mengurangi muatan di Riam Udang dan saat kemarau, juga menjadi tantangan lagi karena dangkalnya air memaksa mereka mengurangi muatan di Riam Panjang atau sebuah riam dengan ukuran hampir dua kali riam udang.
Huvat menjelaskan, risiko kerusakan baling-baling perahu akibat menghantam bebatuan di air dangkal pun menjadi momok tersendiri, mengingat biaya perbaikan mesin 200 PK bisa mencapai Rp15 juta.
“Itu aja yang kita pikirkan baling-baling gimana. Itu rintangannya yang paling berat ketika jalan saat kemarau, nggak nutup lagi ceperan,” jelasnya.
Tidak dapat dipungkiri, biaya operasional pengangkutan BBM ini cukup menguras kantong.
Untuk sekali jalan, Huvat mengungkapkan bahwa dibutuhkan sekitar 6 drum BBM untuk longboat dan 22 liter oli, belum termasuk upah 5 orang kru, sehingga keuntungan yang diraih sangat tipis dan rentan tergerus jika terjadi kerusakan mesin.
“Ya namanya kita untuk membantu masyarakat kan. Kalau kita tidak turun ngambil minyak, kayak apa masyarakat di hulu sana bisa jalan itu, ya tetaplah kita maksa turun,” tegasnya.
Adapun, Huvat dan rekan-rekannya selalu mengutamakan keselamatan dengan melengkapi diri dengan peralatan yang memadai dan mengandalkan pengalaman segudang untuk melewati kerasnya arus Sungai Mahakam.
artikel lainnya