Jejak Panjang Energi Panas Bumi di Kamojang

PGE Kamojang kelola 235 MW energi panas bumi, dukung bauran energi nasional, kurangi emisi 1,1 juta ton CO2, dan dorong keberlanjutan Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA — Wilayah Kamojang di Garut, Jawa Barat, telah menjadi salah satu pilar utama dalam pengelolaan energi panas bumi di Indonesia sejak pertama kali ditemukan. 

Berawal dari eksplorasi awal oleh Belanda pada 1918, pengembangan energi panas bumi di kawasan tersebut terus mengalami transformasi hingga menjadi salah satu ikon keberlanjutan energi di Indonesia. Pertamina Geothermal Energy (PGE), memainkan peran besar dalam mengelola potensi panas bumi di Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Kamojang-Darajat secara profesional dan inovatif.

Eksplorasi modern energi panas bumi di Kamojang dimulai pada 1974 oleh Pertamina, perusahaan induk PGE. Wilayah ini menjadi tempat bersejarah dengan berdirinya Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) pertama di Indonesia, yaitu PLTP Unit 1, yang mulai beroperasi secara komersial pada 1983. 

Budi Yuwono Adi, Asisten Manajer Produksi PGE Area Kamojang, menjelaskan bahwa PLTP Kamojang tidak hanya menjadi pembangkit listrik panas bumi pertama di Tanah Air, tetapi juga membuktikan kualitas tinggi reservoir yang dimiliki oleh kawasan tersebut.

“Kamojang memiliki potensi panas bumi yang melimpah dengan adanya reservoir yang berkualitas tinggi. Lokasinya yang berada di daerah vulkanik aktif membuatnya menjadi salah satu wilayah panas bumi paling produktif di Indonesia,” ujar Budi kepada Bisnis, beberapa waktu lalu.

Hingga saat ini, PGE Area Kamojang mengoperasikan lima unit PLTP dengan kapasitas terpasang total sebesar 235 MW. Energi yang dihasilkan cukup untuk memenuhi kebutuhan listrik sekitar 600 ribu rumah tangga. 

“Dalam sejarah panjangnya, Kamojang menjadi model bagi pengembangan panas bumi di wilayah lain di Indonesia.”

Keberhasilan PGE Kamojang tersebut tidak lepas dari penerapan teknologi mutakhir dan pendekatan berkelanjutan dalam pengelolaan reservoir. Lebih dari 90 sumur produksi dan reinjeksi yang ada di area Kamojang dikelola secara optimal untuk mendukung operasi lima unit PLTP.

Budi memerinci, proses produksi dimulai dari eksplorasi untuk memastikan potensi reservoir, dilanjutkan dengan pemboran sumur produksi. Uap panas bumi dari sumur ini dialirkan ke PLTP untuk diubah menjadi energi listrik sebelum akhirnya didistribusikan melalui jaringan listrik nasional. 

Dalam beberapa tahun terakhir, jelasnya, PGE Kamojang juga telah melakukan penggantian rotor turbin untuk PLTP Unit 4, yang terbukti meningkatkan efisiensi produksi listrik.

“Selain itu, kami juga menerapkan inovasi di area subsurface dengan teknologi well targeting,” tambah Budi. Teknologi ini memungkinkan kami menghasilkan sumur dengan hasil yang jauh lebih besar dari target yang ditetapkan.”

Upaya PGE Kamojang untuk menjaga keberlanjutan juga tercermin dalam program reinjeksi air yang bertujuan menjaga tekanan reservoir. Pemantauan terus-menerus dilakukan untuk memastikan ketersediaan daya tetap optimal di masa depan.

Kontribusi pada Target Bauran Energi

Sebagai salah satu produsen energi panas bumi terbesar di Indonesia, PGE Area Kamojang memainkan peran penting dalam mendukung target nasional bauran energi. 

Dengan kapasitas terpasang sebesar 235 MW, jelas Budi, kontribusi Kamojang terhadap target nasional mencapai sekitar 23% dari total bauran energi panas bumi dari Rencana Umum Energi Nasional Pemerintah tahun 2025.

“Pemanfaatan panas bumi Kamojang mengurangi emisi karbon hingga sekitar 1,1 juta ton CO2 per tahun dibandingkan pembangkit listrik berbasis batu bara. Ini merupakan langkah penting dalam mendukung komitmen Indonesia terhadap perubahan iklim,” ungkap Budi.

Selain memberikan pasokan energi yang ramah lingkungan, PGE Kamojang juga terus mengedukasi masyarakat melalui Geothermal Information Center (GIC). Museum dan pusat informasi ini menjadi referensi utama bagi masyarakat dan institusi pendidikan di sekitar Jawa Barat untuk memahami manfaat energi panas bumi.

Dengan berbagai pencapaian tersebut, sambung Budi, PGE Kamojang terus menunjukkan komitmennya dalam mengelola energi panas bumi secara profesional dan berkelanjutan. Upaya ini tidak hanya memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga mendukung Indonesia dalam mencapai kemandirian energi sekaligus menjaga lingkungan.

“Kami percaya bahwa pengelolaan energi panas bumi yang efisien dan inovatif dapat memberikan dampak besar bagi masyarakat dan lingkungan,” tutup Budi.

Keberhasilan Kamojang menjadi cerminan bahwa potensi alam Indonesia dapat dioptimalkan untuk mendukung pembangunan nasional yang berkelanjutan.

artikel lainnya