Manfaat Berganda Panas Bumi Minahasa
Di kaki pegunungan Minahasa yang hijau, sebuah pembangkit listrik berdiri bukan hanya sebagai simbol kemajuan teknologi, tapi juga harapan masyarakat sekitar
Bisnis.com, MANADO - Di kaki pegunungan Minahasa yang hijau, sebuah pembangkit listrik berdiri bukan hanya sebagai simbol kemajuan teknologi, tetapi juga harapan bagi masyarakat sekitar. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Lahendong di Sulawesi Utara yang dikelola oleh Pertamina Geothermal Energy (PGE), menjadi bukti nyata bahwa sumber daya alam yang melimpah dapat dimanfaatkan secara bijak untuk mendukung transisi energi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Panas bumi yang diolah di PLTP Lahendong tidak hanya menghasilkan energi listrik ramah lingkungan, tetapi juga membuka pintu bagi kehidupan yang lebih baik bagi warga desa sekitar. Dari sumur-sumur produksi yang mendalam, uap panas bumi diolah dengan teknologi canggih hingga menghasilkan listrik yang menopang kebutuhan energi nasional. Namun, dampaknya meluas jauh melampaui kabel-kabel listrik—ke ladang petani, kandang peternak, hingga komunitas kecil yang kini memiliki harapan baru.
PGE Lahendong tak sekadar membangun pembangkit, tetapi juga merangkul masyarakat setempat dalam perjalanan transisi energi ini. Melalui dukungan pada sektor pertanian dan peternakan, PGE memperkuat perekonomian lokal. Bahkan, bantuan berupa indukan babi yang disertai pelatihan beternak secara modern telah mengubah kehidupan para peternak, seperti Yoke Sondakh di Desa Sendangan. Bantuan ini bukan hanya tentang memberikan ternak, melainkan memberdayakan masyarakat dengan pengetahuan dan keterampilan yang dapat mereka manfaatkan seumur hidup.
Selain itu, listrik dari PLTS Mikro yang disalurkan ke rumah-rumah warga membawa terang, tak hanya di malam hari tetapi juga dalam mimpi mereka akan masa depan yang lebih cerah. Dengan kapasitas yang terus meningkat, PLTS ini mendukung aktivitas pertanian dan peternakan, bahkan di daerah yang sebelumnya sulit dijangkau listrik.
Langkah-langkah PGE Lahendong tidak hanya mencerminkan komitmen terhadap transisi energi bersih, tetapi juga menguatkan hubungan antara teknologi modern dan kehidupan masyarakat tradisional. Dengan menyeimbangkan antara eksploitasi sumber daya alam dan pelestarian lingkungan, PLTP Lahendong membuktikan bahwa keberlanjutan bukan sekadar teori, tetapi kenyataan yang dirasakan oleh banyak orang.
Di balik desiran turbin dan aliran listrik yang mengalir dari pembangkit ini, tersimpan cerita-cerita kecil tentang harapan, keberdayaan, dan masa depan yang lebih hijau bagi bumi dan masyarakat Minahasa.
Tepat tak jauh dari lokasi PLTP Lahendong unit 5 & 6 di Kecamatan Tompaso, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, di kandang babi miliknya, Yoke Sondakh berkisah tentang bagaimana peran PGE Lahendong yang terus berusaha meningkatkan perekonomian warga melalui berbagai bantuan yang disalurkan. Dia contohnya, kerap menerima bantuan berupa indukan babi yang diberikan secara rutin oleh perusahaan. Bahkan pada 2024 lalu, Yoke mendapatkan 15 indukan yang kini berkembang biak dengan pesat.
Estimasinya, tiap indukan bisa melahirkan dua anak babi yang mencapai berat 100 kilogram (kg) per ekor, dan harga jual sekitar Rp8 juta per ekor, Maka Yoke memperkirakan tiap indukan dapat memberikan keuntungan sekitar Rp16 juta.
Menurutnya, keberhasilan dalam mengembangkan peternakan babi tidak hanya didorong oleh bantuan indukan, namun juga oleh pelatihan yang diberikan PGE secara terstruktur. Pelatihan ini meliputi manajemen pemeliharaan hewan, serta cara mengolah pakan ternak secara organik.
Melalui pendekatan ini, para peternak tidak lagi bergantung pada pakan ternak yang dibeli dari pabrik, tetapi dapat memanfaatkan sumber daya lokal yang lebih ekonomis dan ramah lingkungan.
"Pertamina sangat membantu kami para peternak babi. Selain memberi kami indukan, mereka juga memberikan pelatihan mengenai cara beternak yang benar, pengolahan pakan organik, serta memanfaatkan sampah. Semua ini sangat membantu meningkatkan kapasitas kami," ujar Yoke dengan antusias.
Jika dilihat dari progres perkembangan usahanya, dulu Yoke hanya memiliki satu petak kandang babi di samping kediamannya. Kandang tersebut bisa menampung sekitar 10 ekor. Saat ini, dia telah memiliki tiga petak kandang yang artinya bisa menampung kurang lebih 30 ekor babi.
Alih-alih hanya fokus pada komoditas usaha masyarakat sekitar, PGE Lahendong juga memberikan bantuan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Mikro yang diinstal di rumah-rumah warga. Pemberian ini bertujuan untuk membantu penerangan dan memaksimalkan aktivitas pertanian serta peternakan di wilayah yang sebelumnya belum terjangkau oleh listrik.
Sejak 2021, PGE telah memberikan PLTS Mikro dengan kapasitas awal 400-500 watt per rumah. Melihat meningkatnya kebutuhan listrik di masyarakat, kapasitasnya pun ditingkatkan menjadi 4.500-5.000 watt per rumah hingga saat ini.
Yoke berharap, keberlanjutan dan peningkatan program-program PGE di masa depan dapat terus mengalir ke masyarakat, khususnya dalam bentuk bantuan permodalan dan bibit ternak. Menurutnya, hal ini akan lebih efisien dalam mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.
Selain itu, dia juga berharap PGE dapat memperluas bantuan yang tidak hanya di bidang peternakan, tetapi juga di sektor lain seperti kepemudaan dan karang taruna. Dengan pelatihan dan dukungan untuk membuka usaha baru, seperti bengkel atau usaha potong rambut, diharapkan dapat mengurangi tingkat kenakalan remaja dan meningkatkan kemandirian ekonomi masyarakat.
"Harapan kami, bantuan yang diberikan PGE bisa terus ditingkatkan, baik untuk sektor peternakan maupun usaha lainnya. Kami ingin warga diberikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan dan memulai usaha baru yang bisa mengurangi ketergantungan serta menciptakan lapangan pekerjaan," tambah Yoke.
General Manager PT Pertamina Geothermal Energy Tbk Area Lahendong A. Novi Purwono mengatakan perusahaan memiliki peran besar terhadap pemanfaatan potensi panas bumi di wilayah ini. Bahkan menjadi salah satu pilar transisi energi yang ada di Sulut.
Selain telah merencanakan pembangunan PLTP Lahendong 7 dan 8, pemanfaatan panas bumi di Sulut juga akan dimanfaatkan untuk sektor pendukung macam pariwisata dan pertanian. Novi yakin pengembangan untuk dua sektor ini sangat lah potensial.
"Kami juga ingin bisa bermanfaat di bidang lingkungan, pendidikan, kesehatan dan pemberdayaan ekonomi lokal. Seperti saat ini misalnya, kami memiliki konservasi satwa endemik di Sulut yang terancam punah untuk selalu melestarikan keanekaragaman hayati," ungkapnya kepada Bisnis belum lama ini.
Sementara itu tantangan terbesar mereka saat ini adalah menjaga kapasitas agar bisa lebih terserap secara maksimal untuk kebutuhan kelistrikan di Sulutgo. Serta menjaga keandalan unit-unit eksisting, seperti unit pertama yang sudah beroperasi sejak 2001.
Kehadiran PLTP Lahendong bukan hanya memperkuat bauran energi di sistem kelistrikan Sulawesi bagian utara, namun juga mampu memberikan efek berganda secara sosial ekonomi dan lingkungan. Pembangkit yang tersambung di kelistrikan Sulutgo dengan beban puncak menyuplai hampir 30% kebutuhan listrik dua provinsi ini menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi lokal.
"PGE akan menyerap banyak tenaga kerja sehingga akan menjadi salah satu motor penggerak pertumbuhan ekonomi, tidak hanya dari sisi kelistrikan namun juga dari sisi masyarakat yang berperan sebagai tenaga kerja," ucap Novi.
Operasional PLTP Lahendong
Bisnis mengunjungi PLTP Lahendong, tepatnya di unit 5 & 6 yang berada di Kecamatan Tompaso, Kabupaten Minahasa, berlokasi sekitar 47 kilometer dari Kota Manado. Meskipun cuaca saat itu cukup terik, namun suhunya yang sejuk jika dibandingkan ibu kota Sulawesi Utara, membuat perjalanan tak terasa jauh.
Saat memasuki gerbang, berbagai corong yang mengeluarkan uap terpampang jelas menandakan itu adalah pabrik panas bumi. Uap tersebut mengepul tebal seakan tampak membentuk sebuah awan, yang memberi kesan seolah lokasi pembangkit listrik ini diselimuti oleh lapisan awan.
Di area dekat corong-corong 'awan', ada sumur produksi, tempat awal mula pembentukan listrik dari hasil panas bumi. Dari sini lah operasional PLTP Lahendong berjalan, panas bumi yang dihasilkan dari sumur kemudian masuk di separator untuk diseparasi agar bisa dimanfaatkan uapnya.
Dari separator, diarahkan ke scrubber untuk diseparasi lagi, sehingga uap yang akan dimanfaatkan benar-benar kering. Setelah itu masuk ke power plan yang di dalamnya ada turbin dan generator. Uap tersebut akan termanfaatkan di turbin dan terhubung dengan generator, maka akan menghasilkan energi listrik.
Central Control Room Operator PLTP Lahendong Unit 5 & 6 Abdullah Syarif mengungkapkan pembangkit listrik ini sudah dilengkapi teknologi yang cukup canggih. Antara lain ada distributed control system (DCS), di mana berbagai parameter yang ada di lapangan, baik itu tekanan, suhu, ataupun getaran arus listrik, dapat termonitor di ruang kontrol. Sehingga operator bisa mendeteksi dini jika terjadi abnormal sistem.
Kemudian pembangkit ini juga menggunakan reinjeksi fluida, yaitu fluida yang diekstraksi dari panas bumi akan dimanfaatkan ke turbin. Setelah fluida dimanfaatkan, maka diinjeksikan kembali supaya muncul keseimbangan antara yang diekstraksi dan yang direcharge.
Dari sisi perawatan, Abdullah memaparkan ada yang namanya preventive maintenance, di mana berbagai peralatan atau komponen dapat diukur atau dipantau secara rutin. Selanjutnya ada pemeliharaan korektif, di mana peralatan akan diganti atau diperbaiki apabila sudah rusak.
Kemudian prediktif maintenance, di mana data-data yang sudah dikumpulkan, baik yang diukur suhunya, tekanan, arus listriknya, bisa diketahui. Juga bisa memprediksi kapan komponen dapat diganti atau diperbaiki.
"Tantangan kita saat ini hanya dari sisi manajemen sumber daya geotermalnya. Di mana tugas paling berat itu kita harus selalu menyeimbangkan antara apa yang kita ekstraksi dan apa yang kita reinjeksikan kembali," tutur Abdullah.
Maka dari itu, pihaknya juga telah keselamatan dan kesehatan kerja dengan rutin melakukan pengembangan SOP dan mereview berkala SOP tersebut.
"Pada pekerja yang bertugas harus menggunakan APD yang sesuai dengan risiko kerja. Di area fasilitas juga kita terpasang rambu-rambu keselamatan atau tanda-tanda bahaya. Kemudian kita juga dilengkapi dengan gas detektor sehingga gas yang berbahaya dari panas bumi ini dapat kita deteksi," jelasnya.
artikel lainnya