Pertashop Lebih dari Sekadar Untung, Dorong Pemberdayaan Masyarakat Lokal

Bisnis Pertashop dipandang sebagai katalis ekonomi ditengah-tengah masyarakat, khususnya di Provinsi Kalimantan Timur

Bisnis.com, BALIKPAPAN – Bisnis Pertashop dipandang sebagai katalis ekonomi ditengah-tengah masyarakat, khususnya di Provinsi Kalimantan Timur. 

Pondok Pesantren Assalam di Kabupaten Kutai Barat, misalnya, menjadi salah satu lembaga yang berkomitmen terhadap pemberdayaan masyarakat sekitar dengan sejumlah bisnis yang dimiliki, seperti kantin, Baitul Maal wat Tamwil (BMT) dan Pertashop.

Koordinator Ekonomi dan Bisnis Assalam Desi menyatakan filosofi pesantren mendorong pembukaan usaha ini adalah bentuk kemandirian agar tidak selalu bergantung pada donatur. 

Selain Pertashop, pesantren juga memiliki peternakan dan kolam ikan. “Bagaimana caranya agar (kami bisa) berusaha mandiri. Tangan diatas itu lebih baik daripada tangan di bawah,” terangnya.

Desi menyebutkan output dari usaha ini adalah pendidikan gratis termasuk makan, asrama, dan biaya pendidikan bagi santriwan dan santriwati Pesantren Assalam.“Siswa hanya membayar seragam,” sebutnya. 

Pesantren yang telah berdiri selama 33 tahun ini, kata Desi, memiliki hampir 1.500 santri, dimana 500 santri yang tinggal di pesantren, dan sisanya pulang pergi, termasuk siswa MI. 

Senada, Lina, seorang pengusaha Pertashop asal Samarinda, menuturkan cukup mudah merintis usaha Pertashop. 

Dia mengungkapkan, penjualannya sempat berjalan kurang mulus di awal akibat selisih harga Pertamax dan Pertalite yang tidak signifikan dan kebiasaan konsumen yang membeli BBM di pengecer.

Namun, semua membaik ketika harga kedua jenis BBM tersebut mengalami kenaikan di tingkat pengecer. "Saat harga Pertamax dan Pertalite naik, penjualan di Pertashop kami justru meningkat karena harganya lebih murah dibandingkan pengecer," jelas Lina. 

Dia menyebutkan, penjualan saat ini berjalan seperti yang diharapkan dan menjadi opsi utama bagi warga yang ingin mendapatkan kualitas bahan bakar yang prima. "Sekali pengiriman BBM biasanya habis dalam kurun waktu dua hingga tiga hari," pungkasnya.

Kisah sukses Pertashop yang dijalankan oleh Pondok Pesantren Assalam dan Lina di Samarinda ini menjadi potret konkret bagaimana bisnis tidak hanya berorientasi pada profitabilitas, tetapi juga memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar. 

Lebih dari itu, Pertashop menjelma menjadi katalisator kemandirian ekonomi, membuka peluang usaha dan memberdayakan komunitas secara berkelanjutan.

artikel lainnya