Konversi BBM ke BBG Buat Nelayan Cilacap Lebih Untung
BBG lebih hemat, lebih hemat," kata Erik Ratmono (31), nelayan asal Cilacap, ketika berbagi pengalaman perihal penggunaan bahan bakar gas untuk mesin kapalnya
"BBG lebih hemat, lebih hemat," kata Erik Ratmono (31), nelayan asal Cilacap, Jawa Tengah ketika berbagi pengalaman perihal penggunaan bahan bakar gas untuk mesin kapalnya.
Ayah tiga anak ini merupakan salah satu nelayan yang mendapatkan bantuan mesin kapal berbahan bakar LPG 3 Kg dari Pertamina pada medio 2024 lalu.
Erik bersama 300-an nelayan lainnya, menyusul rekan sejawat di Cilacap yang telah lebih dahulu mendapatkan bantuan konversi penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) ke Bahan Bakar Gas (BBG). Program ini berasal dari Ditjen Migas Kementerian ESDM melalui Pertamina.
Berprofesi sebagai nelayan sejak usia 19 tahun, Erik sebelumnya menggunakan mesin berbahan bakar fosil. Menurutnya, penggunaan BBG jauh lebih hemat dibandingkan BBM. 1 tabung LPG 3 kg dapat digunakan hingga 3 hari sehingga menekan biaya operasional.
"Kalau menurut saya lebih hemat banyak," ujarnya di Cilacap baru-baru ini.
Erik bercerita setiap hari dia melakukan dua perjalanan mencari ikan di sungai. Pertama pada pukul 05.00 WIB dan kembali pada pukul 10.00 WIB. Setelah istirahat sejenak, dia melakukan perjalanan kedua pada pukul 16.00 WIB dan kembali ke rumah pada pukul 20.00 WIB.
Ikan yang sering dicari Erik dan nelayan sungai pada umumnya di Cilacap ialah ikan sidat, gabus, nila, belut dan lainnya. Ikan sidat, katanya, saat ini memiliki harga yang cukup bagus seiring meningkatnya permintaan dari Jakarta dan kota besar lainnya.
"Sekarang ini ikan sidat yang harganya bagus, mulai tahun lalu," imbuhnya.
BBG Bantu Perekonomian Nelayan
Pada kesempatan yang sama, Indra, Pengurus Nelayan Cilacap Barat mengatakan Program Konversi BBM ke BBG untuk Nelayan terbukti sangat membantu perekonomian para nelayan karena ada penghematan biaya operasional.
"Perbandingan harga nilai ekonomisnya [lebih hemat] banyak banget," katanya.
Indra menuturkan Paguyuban Nelayan Cilacap Barat meliputi 6 kecamatan dengan jumlah nelayan sekitar hampir 2.000-an nelayan. Dari jumlah itu, sekitar 1.800-an nelayan menikmati program konversi BBM ke BBG sejak pertama kali diluncurkan pada 2016 silam.
Dia melanjutkan 1 tabung gas dapat digunakan selama 2 hari dengan rata-rata jarak tempuh dari rumah ke lokasi mencari ikan sekitar 1 jam perjalanan. Sejauh ini, lanjutnya, tidak ada kendala operasional yang signifikan pada penggunaan LPG untuk nelayan.
"Setelah bantuan turun, biasanya ada pelatihan dan servis. Servis itu kalau enggak salah 6 bulan setelah bantuan itu turun," paparnya.
Indra melanjutkan dengan sejumlah keunggulan BBG, banyak nelayan ingin mendapatkan bantuan tersebut. Namun, jumlah bantuan yang terbatas membuat belum seluruh nelayan bisa mendapatkan program ini.
Dia menuturkan kriteria nelayan penerima bantuan konversi BBM ke BBG yang utama ialah memiliki Kartu Pelaku Usaha Kelautan dan Perikanan (KUSUKA) yang diterbitkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan. Kepemilikan KUSUKA memastikan bahwa profesi penerima ialah nelayan.
"Lalu KTP asli orang sini, lalu punya perahu karena kami nelayan PUD [Perikanan Umum Daerah]. Perahu umumnya dari fiber, ukuran sekitar 1 GT dengan panjang sekitar 5 meter dan tengahnya 50 cm atau 60 cm."
Indra berharap program konversi BBM ke BBG berlanjut untuk jangka panjang. Pada saat bersamaan, service center juga perlu didekatkan untuk membantu nelayan ketika membutuhkan suku cadang dan perawatan.
Selain itu, harapannya pasokan tabung gas lebih konsisten. Pangkalan gas jika memungkinkan ditambah karena pada beberapa momen tertentu para nelayan menghadapi kelangkaan gas.
"Jadi memang penerima program ini dan alokasi gas-nya itu masih ada kekurangan. Kami sudah usulkan untuk hadirkan beberapa pangkalan lagi untuk penambahan," imbuhnya.
artikel lainnya